Khutbah 1
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العالمين كما هو أهله،
لا نحصي ثناء عليه، خلق الكون وأحكمه، والإنسانَ وكرّمه، هو الأول قبل كل شيء بلا
بداية، والآخر بعد كل شيء بلا نهاية، والظاهر فوق كل شيء، والباطن فليس دونه شيء،
له الأسماء الحسنى، والصفاتُ العلا، جلّ عنِ الشركاء والأنداد، وتَقدّس عن الصاحبة
والأولاد، قل هو الله أحد، الله الصمد، لم يلد ولم يولد، ولم يكن له كفوا أحد.
أشهد أن لا إله إلا وحده لا شريك له،
وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، اللهم صل على سيدنا محمد سيد المرسلين، وعلى آله
الأكرمين، وأزواجه الطيبين، وأصحابه البررة المتقين، وعلى التابعين لهم بإحسان إلى
يوم الدين، وبعد؛
قال تعالى: (فصلت: 53).
أصيكم وإياي نفسي بتقوى الله، فقد فاز
المتقون.
Ma’asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah,
Belum lama ini Indonesia telah ditimpa bencana alam, mulai
dari banjir hingga gunung meletus, semua itu tidak lain mengajak kita untuk
membaca kenyataan hidup yang penuh dengan warna warni cobaan dan mencoba untuk
memahami hikmah dari setiap kejadian. Sehingga pada akhirnya diharapkan kita
mampu lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt pencipta alam semesta dan
seisinya.
Allah Swt berfirman,
Kami akan
memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk, dan
pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bawha Al-Quran itu
benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi mu) bahwa sesungguhnya Dia
menyaksikan segala sesuatu.
Ayat ini mengajak
kita untuk melihat, memperhatikan dan membaca (dengan segala perangkatnya baik
mata, akal dan pikiran) tentang tanda-tanda kekuasaan Allah swt di alam semesta
dan juga pada diri kita sendiri. Maka wahyu pertama yang turun pada Rasulullah
Muhammad Saw adalah perintah untuk membaca (أقرأ) / bacalah, perintah ini tidak hanya
membaca apa yang tertulis (al-Quran) akan tetapi lebih pada bacaan yang tak
terlulis tapi terlihat oleh mata kita, yaitu alam semesta ini.
Menukil dari buku
yang berjudul (الجمع
بين القرائتين: قراءة الوحي وقراءة الكون) / memadukan
dua bacaan: bacaan al-wahyu dan bacaan alam semesta, karangan Dr. Thaha
Jabir ‘Alwani. Yang dimaksud dengan dua bacaan adalah al-quran dan alam semesta,
keduanya sangatlah berkaitan, al-quran dan seluruh isinya berkata tentang
seluruh apa yang ada di alam semesta ini, dan segala sesuatu yang ada di alam
ini baik yang terlihat mata maupun tidak terkandung dalam al-quran, seakan-akan
al-quran adalah bentuk micro yang dibaca dari alam semesta ini, dan alam
semesta ini bentuk makro yang terlihat dari al-quran. Jadi tidaklah cukup kita
membaca al-quran hanya sebatas teks tulisannya, akan tetapi kita juga membaca
apa yang ada di alam semesta ini sebagai buktinya nyata dari keabsahan al-quran,
hingga akhirnya kita dapat memadukan dua bacaan tersebut yang mengantarkan kita
untuk lebih bertakwa dan mendekatkan diri pada penciptaNya.
Ma’asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah,
Allah swt berfirman
dalam surat al-‘Alaq,
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu yang menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah dan Tuhan-mulah yang
Maha Pemurah, Yang mengajarkan manusia dengan perantara Qalam, Dia ajarkan
manusia apa yang tidak ia ketahui. (al-‘Alaq: 1-5).
Rangkaian ayat pertama yang diwahyukan kepada Nabi saw di
atas merupakan perintah untuk membaca, tapi apa yang harus dibaca? Mengapa
allah mengaitkan kata (أقرأ) di ayat pertama dengan kata (خلق) yang
berarti menciptakan? Kenapa kata perintah baca (اقرأ)
terulang dua kali? Apakah terjadi pengulangan satu makna, atau ada perintah
lain untuk membaca, lantas apakah perintah itu?
Sungguh allah swt memerintahkan kita untuk membaca, membaca dengan
arti berfikir. Berfikir atas apa yang kita lihat, kita dengar dan kita rasa,
karena tidaklah disebut membaca tanpa ada proses berfikir. Kita membaca buku
berarti kita melihat dan berfikir tentang isi buku itu. Maka Allah swt
mengaitkan perintah BACALAH (أقرأ) dengan PENCIPTAAN (خلق) untuk mengajak manusia berfikir
terhadap ciptaanNya yang terindra, karena ciptaan allah yang terindra itulah
yang paling mudah diketahui bahwa ada pencipta yang menciptakannya.
Sebaik-baik cara untuk membaca ciptaan Allah swt bermula dari
yang dekat, terlihat, dirasa hingga yang jauh yang tak terlihat dan tak dirasa,
yaitu bermula pada diri kita sendiri, bahwasannya Allah swt menciptakan kita
(manusia) dari air laki-laki dan perempuan yang tercampur, kemudian tumbuh berproses
hingga akhirnya menjadi manusia. Bagaimana mungkin setetes air bahkan seekor
sperma bisa menjadi manusia yang bernafas, berwajah, berjalan, bahkan mampu berinovasi di muka bumi ini.
Dengan bermula dari membaca diri sendiri diharapkan manusia
mampu membaca tanda-tanda kebesaran Allah swt yang lainnya di alam semesta ini,
dengan demikian ia akan bersyukur, memuji Allah swt dan lebih mendekatkan diri
kepadaNya dengan taat terhadap perintah dan laranganNya.
Maka dengan jelas, perintah BACALAH di rangkain ayat diatas berfungsi
sebagai (دليل الخلق ودليل الإبداع) / Bukti penciptaan dan bukti untuk berinovasi, yaitu perintah
untuk membaca ciptaan allah swt dan perintah untuk bertadabur atas hikmah
ciptaan allah swt dan atas segala yang ada dalam al-quran baik dari
kisah-kisahnya, akidah, ibadah, syariah dan manhajulhayah (pedoman hidup).
Ma’asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah,
Sebagai contoh dari pemaduan dua bacaan; al-Quran dan kaun
(alam semesta), marilah kita liat ciptaan allah swt pada GUNUNG, karena ia
ciptaan Allah swt yang paling besar di muka bumi ini, selain itu ia memiliki
peran, fungsi dan manfaat terhadap keberlangsungan hidup manusia.
Allah swt telah
menyebutkan dalam al-Quran lafadh (جبل) / gunung
dalam bentuk tunggal sebanyak enam kali, sedangkan dalam bentuk jamak (الجبال)
sebanyak 33 kali di dalam 32 ayat.
Dalam penggunaanya, allah swt menyebutkan lafadh tersebut di
berbagai tema, diantaranya:
- Sebagai bukti nikmat allah Swt
kepada manusia dan makhluk lainnya. Allah berfirman dalam kisah kaum
Tsamud setelah kaum ‘Ad.
Dan ingatlah kalian di waktu Allah
swt menjadikan kalian (kaum Tsamud) pengganti yang berkuasa sesudah kaum ‘Ad
dan memberikan kalian tempat di bumi. Kalian dirikan istana-istana di tanah
yang datar dan kalian pahat gunung-gunung sebagai rumah, maka ingatlah
nikmat-nikmat allah dan janganlah kalian membuat kerusakan di bumi. (al-A’raf:
74).
- Peran dan Fungsi gunung.
Allah swt. berfirman,
Dan (kami jadikan) gunung-gunung
sebagai pasak (bumi).
Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya
dengan teguh.
Dan kami jadikan pada (bumi)
gunung-gunung yang tinggi, dan Kami beri kalian air tawar.
Gunung berperan sebagai pasak bumi terlihat dari bentuk dan
perannya, menurut hasil riset ilmiah yang dilakukan ilmuan geologi terbukti
bahwa gunung memiliki akar yang menancap dalam tanah, sehingga seakan-akan
bentuknya mirip seperti pasak yang tertancap, tancapan tersebut bisa jadi lebih
besar dibandingkan dengan wujud luar yang terlihat di atas tanah.
Sedangkan fungsi gunung sebagai pasak ialah ia menjadikan
bumi berputar pada porosnya dengan stabil sehingga seakan-akan tidak terasa bahwa
bumi itu bergerak dan berputar.
Selain dari pada itu, gunung juga bergerak secara alami,
yaitu pergerakan yang dihasilkan dari lempengan bumi. Pergerakan ini disebutkan
dalam al-quran menyerupai pergerakan awan, allah swt. berfirman:
Dan lihatlah gunung-gunung itu, kamu sangka ia tetap
di tempatnya, padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan. (Begitulah)
perbuatan Allah yang membuat dengan kukuh tiap-tiap sesuatu: sesungguhnya Allah
maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Ma’asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah,
- Gunung digunakan sebagai gambaran
bahwa makhluk Allah swt yang besar dan kokoh itu bersujud dengan khusyuk
kepada Allah swt. Allah berfirman.
Apakah kamu tidak tahu bahwa kepada Allah bersujud apa yang
ada di langit dan di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung-gunung, pepohonan,
binatang yang melata dan sebagian dari manusia? Dan banyak di antara manusia
yang telah ditetapkan azdab atasnya. Dan barang siapa yang dihinakan allah maka
tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya allah berbuat apa yang Dia
kehendaki.
Kalau saja segala makhluk allah yang tak berakal mau bersujud
dan tunduk kepadaNya kenapa kita sebaik-baik makhluk dengan segala kelebihannya
sombong dan enggan bersujud kepadanya. Makanya allah mengingatkan kita dengan
firmanNya:
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong,
karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan dapat menembus bumi dan tidak
akan sampai setinggi gunung.
Dr. Sayyid Qutb dalam tafsir Fi Dhilali lQuran menyimpulkan
bahwa, Sesungguhnya ketika hati manusia kosong dari iman, lupa atau melupakan allah
yang memberinya kesehatan, kecantikan, ketampanan, kekayaan dan segala macam
kenikmatan, maka ia akan sombong, menganggap semua yang digapainya adalah hasil
dari usaha dan tenaganya sendiri. Dari pada itu allah swt mengingatkan bahwa
manusia itu lemah di hadapan Allah swt, buktinya postur tubuhnya kecil dari
pada gunung, sesungguhnya ia tidak akan mampu menembus bumi dan mencapai
gunung.
Ma’asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah,
- Gunung disebutkan sebagai
perumpamaan atas kebesaran al-Quran.
Kalau sekiranya Kami turunkan al-Quran ini kepada gunung,
pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah,
dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.
Telah disebutkan jikalau al-Quran diturunkan kepada gunung walaupun
bentuk besar, keras dan kokoh niscaya gunung itu akan tunduk terpecah belah
dikarenakan takut dan tidak mampu untuk memikul amanah dan menjalankan
ajaran-ajaran al-Quran. Itu adalah kiasan bagi manusia yang berhati mati dan keras,
lebih keras dari batu bahkan lebih keras lagi dari gunung, ia tidak merasa
takut ataupun jerah atas ancaman allah dalam al-Quran.
Makanya di akhir ayat ini allah menyebutkan perumpamaan itu
kami buat supaya manusia mau berfikir, karena dengan berfikir (bertafakkur) pada
makhluk allah akan melembutkan hati, mengantarkannya lebih dekat kepada sang
pencipta, mengingatkannya bahwa tidaklah pantas berprilaku sombong di muka bumi
ini.
- Gunung digunakan sebagai
gambaran kejadian hari kiamat.
Dalam memberikan gambaran hal ghaib
yang belum terjadi seperti hari kiamat, kehidupan setelah dunia, allah sering
kali menggunakan pendekatan perumpamaan dengan objek yang bisa dinalar oleh
pikiran manusia, pendekatan ini bertujuan untuk memudahkan pemahaman manusia
atas hal tersebut dengan harapan ia bisa memilih jalan hidupnya dan siap
menanggung resiko dari apa yang ia perbuat, karena setiap perbuatan tidak akan
luput dari ganjaran atau balasannya.
Dalam hal ini, allah menggambarkan kedahsyatan
yang terjadi di hari kiamat nanti, allah menggambarkan dahsyat hari tersebut
dengan menghancur leburkan gunung-gunung dan menghambur-hamburkannya hingga seperti
bulu-bulu yang berterbangan, hingga akhirnya menjadikan bumi ini datar tak lagi
berlaut, berjurang, bersungai, bergunung dan berlembah, allah berfirman:
Dan dihancurkanlah
gunung-gunung itu sehancur-hancurnya
Dan gunung-gunung itu kami jadikan seperti bulu-bulu yang
dihambur-hamburkan
Pada hari itu bumi
dan gunung-gunung bergoncangan, dan menjadi tumpukan-tumpukan pasir yang
beterbangan.
Dan ingatlah akan
hari ketika itu kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan meliat bumi itu
datar, dan kami kumpulkan seluruh manusia dan tidak kami tinggalkan seorang pun
dari mereka.
بارك
الله لي ولكم من القرآن الكريم ونفعني وإياكم بما فيه من أيات وذكر الحكيم، أقول
قولي هذا واستغفروا الله العظيم لي ولكم ولسائر المسلمين والمسلمات
من كل ذنب، استغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
Khutbah 2.
الحمد لله الذي هدانا
لهذا وما كنا لنهتدي لو لا أن هدانا الله، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك
له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله لا نبي بعده...
قال الله تعالى في كتابه العزيز: أعوذ بالله من الشيطان
الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم:
(آل
عمران: 190-191)
Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat
allah ketika berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka berfikir
tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata « Ya allah, tiadalah
engkau menciptakan ini semua dengan sia-sia. Maha suci engkau, maka cegahlah
kami dari api neraka ».
Ma’asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah,
Dengan dibekali akal pikiran dan hati, manusia selalu diajak
untuk berfikir (bertafakkur) dan merenungi (bertadabbur) atas makhluk ciptaan
allah swt, karena dengan tafakkur dan tadabbur tersebut akan membuat manusia
untuk lebih bersyukur atas nikmat yang telah dikaruniakan kepadanya sehingga ia
mampu memaknai hakikat hidupnya dengan memperbanyak amal shalih, dan taat
kepada perintahNya, secara tidak langsung ia akan menjauhi maksiat yang
terangkum dalam laranganNya, karena ia tau ada sang pencipta yang maha agung yang
senantiasa mengawasi dirinya, inilah makna dari taqwa. Selalu berusaha
menjalankan perintahnya dengan penuh harapan kasih sayangNya, dan menjauhi
larangannya karena takut atas azdabNya.
Sebagai bentuk implementasi
proses tafakkur dan tadabbur pada makhluk ciptaan allah swt, marilah kita
menoleh sejenak fenomena alam yang baru saja terjadi di tanah air, gunung kelud
yang meletus sepekan yang lalu. Kalau kita boleh memaknai dengan akal sehat,
banyak sekali pelajaran yang dapat kita peroleh.
Kita mengetahui betapa dahsyat
dan mengerikan erupsi atau letusan gunung kelud, dengan mengeluarkan lahar
panas dan abu belerang diiringi hali lintar yang kian berganti membuat manusia
dan bahkan makhluk yang lain di sekiling gunung menjauh dan menghindar darinya
demi menjaga hidupnya. Tak hanya itu, dampak abu erupsi juga dirasakan manusia
walaupun mereka tinggal jauh dari pusat letusan.
Ini adalah gambaran kecil dari
apa yang akan terjadi di hari kiamat nanti, bisa kita bayangkan betapa sangat
mengerikan dan manakutkan jikalau gunung-gunung disekitar kita runtuh, meletus,
hancur lebur seperti debu yang beterbangan. Mau kemanakah kita ?
Kejadian gunung kelud adalah sentilan,
teguran bagi kita semua, bagi para orang sombong, bagi para mereka yang haus
kekuasaan dan jabatan yang sekarang sedang mencari masa dengan mengobral janji-janji
palsu menjelang PEMILU, bagi para penguasa dhalim yang kerap menindas orang
lain, bagi mereka dan bagi mereka. Sentilan ini mengajak kita untuk berfikir
kembali, mengingat kembali, pantaskah kita sombong di muka bumi ini? Pantaskah
kita lupa kepada allah yang menciptakan semua ini ? pantaskah kita
bertindak semena-mena sesuka hati kita, menabrak kebenaran dan keadilan dengan
dalih kekuasaan ?
Semoga kita semua dijauhkan dari
sifat sombong, angkuh, congkak dan dijadikan hamba allah swt yang gemar
bersyukur, berfakkur dan bertadabbur. Sehingga kian lama kita lebih mendekatkan
diri kepadaNya. Amin.
Kemudian, mari kita doakan salah satu kerabat kita yang
sedang mengalami musibah Bpk. Dedy Rinaldi sekeluarga, semoga allah swt segera
memberi kesembuhan Ibu Nerni (Upik) dengan sebenar-benarnya kesembuhan, bisa
kembali beraktifitas seperti sediakala dan bisa kembali bergabung bersama kita
semua. Amin.
إن الله وملائكته يصلون على النبي ياأيها الذين آمنوا صلوا
عليه وسلموا تسليما، اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد كما صليت على
سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم، وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد
كما باركت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم في العالمين إنك حميد مجيد.
اللهم اغفر للمؤمنين المؤمنات، والمسلمين
والمسلمات، الأحياء منهم والأموات، إنك سميع قريب مجيب الدعوات، يا قضي الحاجات؛ اللهم رب الناس اشفيها
أنت الشافي لا شفاء إلا شفاؤك شفاء يغدر سقما وألما؛ اللهم اجعل جمعنا هذا جمع
مرحوما، واجعل تفرقنا من بعده تفرقا معصوما، ولا تدع فينا ولا معنا شقيا ولا
محروما؛ اللهم إنا نسألك الهدى والتقى والعفاف والغنى؛ اللهم أعنا على
ذكرك وشكرك وحسن عبادتك؛ ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار.
عباد
الله، إن الله يأمركم بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربي وينهى عن الفحشاء والمنكر
والبغي يعظكم لعلكم تذكرون، واذكرو الله العظيم يذكركم، واشكروه على نعمه يزدكم
ولذكر الله أكبر. أقيموا الصلاة، والله يعلم ما تصنعون.
0 comments:
Post a Comment