Saturday, March 8, 2014

Bertadabbur Pada Alam

ad+1

Khutbah 1
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العالمين كما هو أهله، لا نحصي ثناء عليه، خلق الكون وأحكمه، والإنسانَ وكرّمه، هو الأول قبل كل شيء بلا بداية، والآخر بعد كل شيء بلا نهاية، والظاهر فوق كل شيء، والباطن فليس دونه شيء، له الأسماء الحسنى، والصفاتُ العلا، جلّ عنِ الشركاء والأنداد، وتَقدّس عن الصاحبة والأولاد، قل هو الله أحد، الله الصمد، لم يلد ولم يولد، ولم يكن له كفوا أحد.

أشهد أن لا إله إلا وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، اللهم صل على سيدنا محمد سيد المرسلين، وعلى آله الأكرمين، وأزواجه الطيبين، وأصحابه البررة المتقين، وعلى التابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين، وبعد؛

قال تعالى: (فصلت: 53).
أصيكم وإياي نفسي بتقوى الله، فقد فاز المتقون.

Ma’asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah,
Belum lama ini Indonesia telah ditimpa bencana alam, mulai dari banjir hingga gunung meletus, semua itu tidak lain mengajak kita untuk membaca kenyataan hidup yang penuh dengan warna warni cobaan dan mencoba untuk memahami hikmah dari setiap kejadian. Sehingga pada akhirnya diharapkan kita mampu lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt pencipta alam semesta dan seisinya.
Allah Swt berfirman,


Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk, dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bawha Al-Quran itu benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi mu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu.

Ayat ini mengajak kita untuk melihat, memperhatikan dan membaca (dengan segala perangkatnya baik mata, akal dan pikiran) tentang tanda-tanda kekuasaan Allah swt di alam semesta dan juga pada diri kita sendiri. Maka wahyu pertama yang turun pada Rasulullah Muhammad Saw adalah perintah untuk membaca (أقرأ) / bacalah, perintah ini tidak hanya membaca apa yang tertulis (al-Quran) akan tetapi lebih pada bacaan yang tak terlulis tapi terlihat oleh mata kita, yaitu alam semesta ini.

Menukil dari buku yang berjudul (الجمع بين القرائتين: قراءة الوحي وقراءة الكون) / memadukan dua bacaan: bacaan al-wahyu dan bacaan alam semesta, karangan Dr. Thaha Jabir ‘Alwani. Yang dimaksud dengan dua bacaan adalah al-quran dan alam semesta, keduanya sangatlah berkaitan, al-quran dan seluruh isinya berkata tentang seluruh apa yang ada di alam semesta ini, dan segala sesuatu yang ada di alam ini baik yang terlihat mata maupun tidak terkandung dalam al-quran, seakan-akan al-quran adalah bentuk micro yang dibaca dari alam semesta ini, dan alam semesta ini bentuk makro yang terlihat dari al-quran. Jadi tidaklah cukup kita membaca al-quran hanya sebatas teks tulisannya, akan tetapi kita juga membaca apa yang ada di alam semesta ini sebagai buktinya nyata dari keabsahan al-quran, hingga akhirnya kita dapat memadukan dua bacaan tersebut yang mengantarkan kita untuk lebih bertakwa dan mendekatkan diri pada penciptaNya.

Ma’asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah,
Allah swt berfirman dalam surat al-‘Alaq,

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah dan Tuhan-mulah yang Maha Pemurah, Yang mengajarkan manusia dengan perantara Qalam, Dia ajarkan manusia apa yang tidak ia ketahui. (al-‘Alaq: 1-5).

Rangkaian ayat pertama yang diwahyukan kepada Nabi saw di atas merupakan perintah untuk membaca, tapi apa yang harus dibaca? Mengapa allah mengaitkan kata (أقرأ) di ayat pertama dengan kata (خلق) yang berarti menciptakan? Kenapa kata perintah baca (اقرأ) terulang dua kali? Apakah terjadi pengulangan satu makna, atau ada perintah lain untuk membaca, lantas apakah perintah itu?

Sungguh allah swt memerintahkan kita untuk membaca, membaca dengan arti berfikir. Berfikir atas apa yang kita lihat, kita dengar dan kita rasa, karena tidaklah disebut membaca tanpa ada proses berfikir. Kita membaca buku berarti kita melihat dan berfikir tentang isi buku itu. Maka Allah swt mengaitkan perintah BACALAH (أقرأ) dengan PENCIPTAAN (خلق) untuk mengajak manusia berfikir terhadap ciptaanNya yang terindra, karena ciptaan allah yang terindra itulah yang paling mudah diketahui bahwa ada pencipta yang menciptakannya.

Sebaik-baik cara untuk membaca ciptaan Allah swt bermula dari yang dekat, terlihat, dirasa hingga yang jauh yang tak terlihat dan tak dirasa, yaitu bermula pada diri kita sendiri, bahwasannya Allah swt menciptakan kita (manusia) dari air laki-laki dan perempuan yang tercampur, kemudian tumbuh berproses hingga akhirnya menjadi manusia. Bagaimana mungkin setetes air bahkan seekor sperma bisa menjadi manusia yang bernafas, berwajah, berjalan,  bahkan mampu berinovasi di muka bumi ini.

Dengan bermula dari membaca diri sendiri diharapkan manusia mampu membaca tanda-tanda kebesaran Allah swt yang lainnya di alam semesta ini, dengan demikian ia akan bersyukur, memuji Allah swt dan lebih mendekatkan diri kepadaNya dengan taat terhadap perintah dan laranganNya.

Maka dengan jelas, perintah BACALAH di rangkain ayat diatas berfungsi sebagai (دليل الخلق ودليل الإبداع) / Bukti penciptaan dan bukti untuk berinovasi, yaitu perintah untuk membaca ciptaan allah swt dan perintah untuk bertadabur atas hikmah ciptaan allah swt dan atas segala yang ada dalam al-quran baik dari kisah-kisahnya, akidah, ibadah, syariah dan manhajulhayah (pedoman hidup).

Ma’asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah,

Sebagai contoh dari pemaduan dua bacaan; al-Quran dan kaun (alam semesta), marilah kita liat ciptaan allah swt pada GUNUNG, karena ia ciptaan Allah swt yang paling besar di muka bumi ini, selain itu ia memiliki peran, fungsi dan manfaat terhadap keberlangsungan hidup manusia.

Allah swt telah menyebutkan dalam al-Quran lafadh (جبل) / gunung dalam bentuk tunggal sebanyak enam kali, sedangkan dalam bentuk jamak (الجبال) sebanyak 33 kali di dalam 32 ayat.
Dalam penggunaanya, allah swt menyebutkan lafadh tersebut di berbagai tema, diantaranya:
  1. Sebagai bukti nikmat allah Swt kepada manusia dan makhluk lainnya. Allah berfirman dalam kisah kaum Tsamud setelah kaum ‘Ad.
Dan ingatlah kalian di waktu Allah swt menjadikan kalian (kaum Tsamud) pengganti yang berkuasa sesudah kaum ‘Ad dan memberikan kalian tempat di bumi. Kalian dirikan istana-istana di tanah yang datar dan kalian pahat gunung-gunung sebagai rumah, maka ingatlah nikmat-nikmat allah dan janganlah kalian membuat kerusakan di bumi. (al-A’raf: 74).
  1. Peran dan Fungsi gunung.
Allah swt. berfirman,

Dan (kami jadikan) gunung-gunung sebagai pasak (bumi).

Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh.

Dan kami jadikan pada (bumi) gunung-gunung yang tinggi, dan Kami beri kalian air tawar.

Gunung berperan sebagai pasak bumi terlihat dari bentuk dan perannya, menurut hasil riset ilmiah yang dilakukan ilmuan geologi terbukti bahwa gunung memiliki akar yang menancap dalam tanah, sehingga seakan-akan bentuknya mirip seperti pasak yang tertancap, tancapan tersebut bisa jadi lebih besar dibandingkan dengan wujud luar yang terlihat di atas tanah.

Sedangkan fungsi gunung sebagai pasak ialah ia menjadikan bumi berputar pada porosnya dengan stabil sehingga seakan-akan tidak terasa bahwa bumi itu bergerak dan berputar.

Selain dari pada itu, gunung juga bergerak secara alami, yaitu pergerakan yang dihasilkan dari lempengan bumi. Pergerakan ini disebutkan dalam al-quran menyerupai pergerakan awan, allah swt. berfirman:

Dan lihatlah gunung-gunung itu, kamu sangka ia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kukuh tiap-tiap sesuatu: sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Ma’asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah,

  1. Gunung digunakan sebagai gambaran bahwa makhluk Allah swt yang besar dan kokoh itu bersujud dengan khusyuk kepada Allah swt. Allah berfirman.
Apakah kamu tidak tahu bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit dan di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung-gunung, pepohonan, binatang yang melata dan sebagian dari manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azdab atasnya. Dan barang siapa yang dihinakan allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya allah berbuat apa yang Dia kehendaki.

Kalau saja segala makhluk allah yang tak berakal mau bersujud dan tunduk kepadaNya kenapa kita sebaik-baik makhluk dengan segala kelebihannya sombong dan enggan bersujud kepadanya. Makanya allah mengingatkan kita dengan firmanNya:

Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan sampai setinggi gunung.

Dr. Sayyid Qutb dalam tafsir Fi Dhilali lQuran menyimpulkan bahwa, Sesungguhnya ketika hati manusia kosong dari iman, lupa atau melupakan allah yang memberinya kesehatan, kecantikan, ketampanan, kekayaan dan segala macam kenikmatan, maka ia akan sombong, menganggap semua yang digapainya adalah hasil dari usaha dan tenaganya sendiri. Dari pada itu allah swt mengingatkan bahwa manusia itu lemah di hadapan Allah swt, buktinya postur tubuhnya kecil dari pada gunung, sesungguhnya ia tidak akan mampu menembus bumi dan mencapai gunung.

Ma’asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah,

  1. Gunung disebutkan sebagai perumpamaan atas kebesaran al-Quran.
Kalau sekiranya Kami turunkan al-Quran ini kepada gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah, dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.

Telah disebutkan jikalau al-Quran diturunkan kepada gunung walaupun bentuk besar, keras dan kokoh niscaya gunung itu akan tunduk terpecah belah dikarenakan takut dan tidak mampu untuk memikul amanah dan menjalankan ajaran-ajaran al-Quran. Itu adalah kiasan bagi manusia yang berhati mati dan keras, lebih keras dari batu bahkan lebih keras lagi dari gunung, ia tidak merasa takut ataupun jerah atas ancaman allah dalam al-Quran.

Makanya di akhir ayat ini allah menyebutkan perumpamaan itu kami buat supaya manusia mau berfikir, karena dengan berfikir (bertafakkur) pada makhluk allah akan melembutkan hati, mengantarkannya lebih dekat kepada sang pencipta, mengingatkannya bahwa tidaklah pantas berprilaku sombong di muka bumi ini.

  1. Gunung digunakan sebagai gambaran kejadian hari kiamat.
Dalam memberikan gambaran hal ghaib yang belum terjadi seperti hari kiamat, kehidupan setelah dunia, allah sering kali menggunakan pendekatan perumpamaan dengan objek yang bisa dinalar oleh pikiran manusia, pendekatan ini bertujuan untuk memudahkan pemahaman manusia atas hal tersebut dengan harapan ia bisa memilih jalan hidupnya dan siap menanggung resiko dari apa yang ia perbuat, karena setiap perbuatan tidak akan luput dari ganjaran atau balasannya.
Dalam hal ini, allah menggambarkan kedahsyatan yang terjadi di hari kiamat nanti, allah menggambarkan dahsyat hari tersebut dengan menghancur leburkan gunung-gunung dan menghambur-hamburkannya hingga seperti bulu-bulu yang berterbangan, hingga akhirnya menjadikan bumi ini datar tak lagi berlaut, berjurang, bersungai, bergunung dan berlembah, allah berfirman:

Dan dihancurkanlah gunung-gunung itu sehancur-hancurnya

Dan gunung-gunung itu kami jadikan seperti bulu-bulu yang dihambur-hamburkan

Pada hari itu bumi dan gunung-gunung bergoncangan, dan menjadi tumpukan-tumpukan pasir yang beterbangan.

Dan ingatlah akan hari ketika itu kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan meliat bumi itu datar, dan kami kumpulkan seluruh manusia dan tidak kami tinggalkan seorang pun dari mereka.

بارك الله لي ولكم من القرآن الكريم ونفعني وإياكم بما فيه من أيات وذكر الحكيم، أقول قولي هذا واستغفروا الله العظيم لي ولكم ولسائر المسلمين والمسلمات من كل ذنب، استغفروه إنه هو الغفور الرحيم.

Khutbah 2.
الحمد لله الذي هدانا لهذا وما كنا لنهتدي لو لا أن هدانا الله، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله لا نبي بعده...

قال الله تعالى في كتابه العزيز: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم:
   (آل عمران: 190-191)

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat allah ketika berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka berfikir tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata « Ya allah, tiadalah engkau menciptakan ini semua dengan sia-sia. Maha suci engkau, maka cegahlah kami dari api neraka ».

Ma’asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah,

Dengan dibekali akal pikiran dan hati, manusia selalu diajak untuk berfikir (bertafakkur) dan merenungi (bertadabbur) atas makhluk ciptaan allah swt, karena dengan tafakkur dan tadabbur tersebut akan membuat manusia untuk lebih bersyukur atas nikmat yang telah dikaruniakan kepadanya sehingga ia mampu memaknai hakikat hidupnya dengan memperbanyak amal shalih, dan taat kepada perintahNya, secara tidak langsung ia akan menjauhi maksiat yang terangkum dalam laranganNya, karena ia tau ada sang pencipta yang maha agung yang senantiasa mengawasi dirinya, inilah makna dari taqwa. Selalu berusaha menjalankan perintahnya dengan penuh harapan kasih sayangNya, dan menjauhi larangannya karena takut atas azdabNya.

Sebagai bentuk implementasi proses tafakkur dan tadabbur pada makhluk ciptaan allah swt, marilah kita menoleh sejenak fenomena alam yang baru saja terjadi di tanah air, gunung kelud yang meletus sepekan yang lalu. Kalau kita boleh memaknai dengan akal sehat, banyak sekali pelajaran yang dapat kita peroleh.

Kita mengetahui betapa dahsyat dan mengerikan erupsi atau letusan gunung kelud, dengan mengeluarkan lahar panas dan abu belerang diiringi hali lintar yang kian berganti membuat manusia dan bahkan makhluk yang lain di sekiling gunung menjauh dan menghindar darinya demi menjaga hidupnya. Tak hanya itu, dampak abu erupsi juga dirasakan manusia walaupun mereka tinggal jauh dari pusat letusan.

Ini adalah gambaran kecil dari apa yang akan terjadi di hari kiamat nanti, bisa kita bayangkan betapa sangat mengerikan dan manakutkan jikalau gunung-gunung disekitar kita runtuh, meletus, hancur lebur seperti debu yang beterbangan. Mau kemanakah kita ?

Kejadian gunung kelud adalah sentilan, teguran bagi kita semua, bagi para orang sombong, bagi para mereka yang haus kekuasaan dan jabatan yang sekarang sedang mencari masa dengan mengobral janji-janji palsu menjelang PEMILU, bagi para penguasa dhalim yang kerap menindas orang lain, bagi mereka dan bagi mereka. Sentilan ini mengajak kita untuk berfikir kembali, mengingat kembali, pantaskah kita sombong di muka bumi ini? Pantaskah kita lupa kepada allah yang menciptakan semua ini ? pantaskah kita bertindak semena-mena sesuka hati kita, menabrak kebenaran dan keadilan dengan dalih kekuasaan ?

Semoga kita semua dijauhkan dari sifat sombong, angkuh, congkak dan dijadikan hamba allah swt yang gemar bersyukur, berfakkur dan bertadabbur. Sehingga kian lama kita lebih mendekatkan diri kepadaNya. Amin.

Kemudian, mari kita doakan salah satu kerabat kita yang sedang mengalami musibah Bpk. Dedy Rinaldi sekeluarga, semoga allah swt segera memberi kesembuhan Ibu Nerni (Upik) dengan sebenar-benarnya kesembuhan, bisa kembali beraktifitas seperti sediakala dan bisa kembali bergabung bersama kita semua. Amin.

إن الله وملائكته يصلون على النبي ياأيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما، اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد كما صليت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم، وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد كما باركت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم في العالمين إنك حميد مجيد.

اللهم اغفر للمؤمنين المؤمنات، والمسلمين والمسلمات، الأحياء منهم والأموات، إنك سميع قريب مجيب الدعوات، يا قضي الحاجات؛ اللهم رب الناس اشفيها أنت الشافي لا شفاء إلا شفاؤك شفاء يغدر سقما وألما؛ اللهم اجعل جمعنا هذا جمع مرحوما، واجعل تفرقنا من بعده تفرقا معصوما، ولا تدع فينا ولا معنا شقيا ولا محروما؛ اللهم إنا نسألك الهدى والتقى والعفاف والغنى؛ اللهم أعنا على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك؛ ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار.


عباد الله، إن الله يأمركم بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربي وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون، واذكرو الله العظيم يذكركم، واشكروه على نعمه يزدكم ولذكر الله أكبر. أقيموا الصلاة، والله يعلم ما تصنعون.

0 comments:

Post a Comment

Home About-us Privacy Policy Contact-us Services
Copyright © 2014 kite | All Rights Reserved. Design By Templateclue - Published By Gooyaabi Templates